Hi Mom!
Login/Register di sini
Menu
Home Tentang Kami Ruang Anak Ruang Mom Loyalty Program Berita

Experiential Learning, Tak Hanya Teori

 

Featured Story

Ajari Aturan Simple Agar Anak Mau Mengantre

Pepatah mengatakan: pengalaman adalah guru terbaik. Ini pun menjadi cara efektif agar anak Mom mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan. Ketika anak diberi kesempatan secara langsung untuk melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba suatu hal selama proses belajar, tentu saja ini akan menjadi pengalaman yang lebih berkesan.

 

 

 

Apa itu Experiential Learning?

 

Teori tanpa praktik merupakan hal yang sia-sia. Untuk itu, wujudkan berbagai ajaran yang sudah anak terima dari orangtua dan guru lewat Experiential learning (EL). Dalam jurnal ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia yang bertema “Peran Experiential Learning dalam Meningkatkan Motivasi Belajar BIPA” , EL adalah metode belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, serta sikap melalui pengalamannya secara langsung. Artinya, EL menggunakan pengalaman sebagai katalisator (seseorang yang memberikan perubahan) untuk membantu pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya.

 

 

 

Metode EL memiliki beberapa karakteristik, di antaranya bersifat aktif, partisipatif (dua arah), dinamis, terbuka, bersandar pada penemuan individu, belajar dengan melakukan, serta mendorong pembelajar untuk menemukan sesuatu. 

 

 

 

Teori yang menumpuk tak jarang membuat anak merasa jenuh bahkan tak berkembang. Namun lewat metode EL, anak berkesempatan mempraktikan langsung apa yang telah dipelajarinya sehingga ia tidak hanya paham konsep, tapi menjadi lebih terampil melalui berbagai penugasan nyata. 

 

 

 

Bagaimana Penerapannya?

 

EL dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

 

a. Field-based experience (praktik lapangan), contoh: merakit layang-layang, menanam pohon, dan memungut sampah di pinggir jalan.

 

b. Classroom-based learning (belajar di dalam ruangan), contoh: memainkan sebuah drama (role-playing), atau menceritakan sebuah dongeng di depan kelas. 

 

 

 

Saat proses belajar berlangsung, EL menerapakan tiga tahap, yaitu:

 

1. Briefing: Proses pengarahan pada pelajar sebagai bentuk persiapan sebelum melakukan kegiatan belajar.

 

2. Activity: Tahap pelajar melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan briefing yang telah diberikan.

 

3. Review: Pelajar (dibantu pengajar) akan menilai secara kritis atas hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan, lalu dilanjutkan dengan menarik intisari dari pengalaman tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.

 

Banyak manfaat yang bisa anak Mom dapatkan dengan menerapkan metode EL, antara lain meningkatkan semangat dan gairah pembelajar, terciptanya suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan selama proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, serta pelajar berkesempatan melihat sesuatu dalam perspektif berbeda.

 

 

 

Sekolah Berkonsep Experiential Learning

 

Agar anak tidak menjadi pelajar yang pasif, satu langkah yang dapat Mom lakukan adalah dengan memasukkannya ke sekolah yang menerapakan metode EL. Mom bisa mempelajari profil dan kurikulum yang dimiliki sebuah sekolah, sebelum mantap mendaftarkannya ke sekolah. Pastikan sekolah menerapkan praktikum, presentasi, atau kegiatan lain yang mendukungnya menjadi siswa yang aktif.

 

 

 

Cari tahu juga ekstrakurikuler apa saja yang ditawarkan. Meski bukan kegiatan akademis, namun ekskul merupakan salah satu kesempatan bagi anak untuk terjun ke lapangan, berkreativitas, dan bersosialisasi lebih jauh.

Sri Utami Saroh
pengetahuan dan info baru
Sri Utami Saroh
terima kasih banyak telah diposting
Explore More

7 Cara Menstimulasi Kreativitas Anak

Tips & Trick- 31 Oct 2016

Empat Faktor Penyebab Anak Menjadi Agresif

Article- 30 Oct 2014

Permainan Seru Tidak Harus Mahal

Article- 27 Feb 2017