Anak bungsu kerap menyandang predikat sebagai anak yang menyenangkan, humoris, ceria, relaks, mudah bergaul, sederhana, dan spontan. Ia mudah belajar menebar pesona untuk menarik perhatian. Tapi tak hanya itu, ia juga sering dicap sebagai anak yang manja, lemah, bahkan kurang disiplin.
Featured Story
Menurut psikolog sekaligus penulis The Birth Order Book and The First-Born Advantage, Kevin Leman, anak bungsu adalah anak yang manipulatif, tapi ia juga memiliki jiwa sosial tinggi.
Menariknya, Kevin Laman juga mendapati bahwa anak bungsu cenderung tahu banyak cara untuk menghibur diri, lebih banyak berteman dengan orang yang lebih tua, sering belajar mengamati kegagalan dan keberhasilan orang di sekitarnya, serta punya banyak akal alias kreatif.
- Kelonggaran meenjadikannya fleskibel
Kemungkinan besar, hal ini bisa disebabkan karena orangtua cenderung memberi lebih banyak kelonggaran kepada si bungsu. Anak bungsu sering dianggap paling muda dan paling lemah, karena itu harus dilindungi oleh kakak-kakaknya. Bahkan, seringkali mudah dimaafkan bila melakukan kesalahan.
Berbeda dengan anak pertama yang dikondisikan untuk mencapai, atau anak tengah untuk mengakomodasi, si anak bungsu kerap kali dikondisikan untuk menyenangkan. Sehingga ia bisa begitu fleksibel dalam menjalani hidup.
Di keseharian, walaupun kakaknya sibuk bermain bersama-sama, si bungsu bisa menggambar atau bermain sendiri. Inilah yang membuat mereka cenderung kreatif.
- Tapi, bungsu bukan ‘bayi’
Tapi, Mom & Dad sebaiknya tak hanya memberikan keloggaran terus–menerus agar perkembangan kepribadian dan keterampilannya optimal. Karena bila kerap diasuh dengan pola seperti itu, besar kemungkinan si anak bungsu akan bergantung pada orang lain dan melanggar peraturan.
Dalam menghadapi karakter anak bungsu, orangtua sebaiknya terus memotivasi ia untuk meraih pencapaian akademis dan cita-citanya. Penting untuk memperlakukan anak bungsu sesuai tahap usianya disertai pemberian tanggung jawab yang sama dengan kakaknya.
Mom juga disarankan memberi anak bungsu kesempatan untuk mengajarkan sesuatu kepada anak yang lebih kecil. Diharapkan, aktivitas ini dapat mengembangkan tanggung jawab dan keterampilan baru untuknya. Lalu, hindari memperlakukan anak bungsu sebagai ‘bayi’ dalam keluarga.