Masyi seorang gadis berusia 13 tahun yang baru lulus SD dan memasuki babak baru di SMP. Ospek atau masa orientasi di sekolah telah berjalan selama seminggu dan Masyi mengalami kendala dalam beradaptasi. Mama melihat ada perubahan dalam tingkah lakunya sehari-hari, namun setiap kali mama mencoba untuk bicara Masyi marah.
Kemanakah gerangan gadis yang cantik, periang serta penuh semangat itu? Apakah pernah terbayang mom jika Masyi merasa terintimidasi dengan kakak kelas yang cewek karena ketua osis di sekolahnya naksir dia dan sering memberikan rayuan gombal di depan umum sehingga Masyi malu.
Apakah situasi ini pernah mom alami? Anak Baru Gede atau ABG yang sedang puber sedang mengalami gejolak jiwa dan kesulitan membuka diri kepada orang tuanya karena dianggap orang tua tidak mengerti dirinya dan sering terjadi kesalah pahaman seperti ada jurang antara mom dengan anak. Lalu bagaimana caranya untuk meminimalkan jurang tersebut?
1. Put yourself in her/his shoes
Berusaha untuk mengerti dahulu, baru di mengerti. Coba tempatkan posisi mom dalam posisi anak. Seperti apa emosi, jiwa serta kondisi pergaulan ketika mom di umuran dia. Walau terdapat perbedaan kosakata, tren atau lain hal, namun pada dasarnya emosi serta perkembangan jiwa semua remaja sama.
2. Ajaklah bicara tanpa kesan “menggurui”
Jika mom ingin mendapat feed back dari anak, mulailah percakapan dengan kalimat sederhana dan terlihat minat mom terhadap kehidupan dia tanpa nada investigasi. Jangan memulai dengan kalimat “ada masalah apa? “
3. Buatlah zona nyaman
Ketika seseorang sudah nyaman, maka cerita akan mengalir mulus. Namun jaga emosi mom dan bersikaplah sewajarnya mengenai cerita yang di sampaikan oleh anak mom. Gunakan beberapa kata pernyataan yang bersifat membuka, seperti: “Oooo sekarang seperti itu ya situasinya jika ospek. Lalu apa lagi kakak kelasmu suruh? Apakah kamu senang atau sedih?”
4. Jadilah pendengar Empatik
Dengan mendengar cerita anak secara seksama, mom dapat menyelami pola pikirnya serta perasaan anak mom. Dengarkan lah cerita–cerita dia dengan mata dan hati.
- anak tidak takut untuk mengungkapkan perasaan nya baik itu hal yang positif atau negatif
- mengembangkan hubungan erat antara anak dengan orang tua
- memudahkan anak memecahkan masalahnya
- meningkatkan kemampuan anak untuk mendengar pendapat orang tua
- meningkatkan tanggung jawab anak