Untuk mencapai prestasi yang tinggi, anak membutuhkan stimulasi dalam belajar agar tercipta ambisi pada dirinya. Ambisi ini diperlukan oleh anak Mom agar ia tetap memiliki semangat dan motivasi tinggi dalam mencapai cita-citanya. Yuk, Mom, tumbuhkan ambisi pada diri anak.
Featured Story
- Menciptakan iklim persaingan
Tentunya persaingan yang sehat, ya, Mom. Mom dapat mendorong anak berlomba mengejar prestasi di antara teman-temannya. Tapi ingat pula bahwa prestasi di sini tidak melulu berupa hasil angka yang baik. Kalaupun hasil yang diperoleh belum memuaskan, tetap lihat peningkatan-peningkatan yang berhasil dicapai sebagai prestasi, agar anak Mom terus terpacu. Ini juga supaya anak Mom tidak justru menjadi ambisius, yang hanya melihat hasil atau tujuan akhir tapi melupakan kebaikan prosesnya. - Memberi hadiah
Atas prestasi bagus dari hasil belajarnya, atau peningkatan yang berhasil dicapai, anak Mom layak memperoleh penghargaan atau hadiah. Bentuknya boleh beragam, Mom, bisa materi maupun pujian dan sebagainya. - Ada konsekuensi atas pelanggaran
Jika dalam proses meningkatkan prestasi Anak Mom melanggar disiplin, Mom harus mengingatkan dan menjalankan tegas konsekuensinya. Sebelumnya, Mom dapat mengajak anak Mom berunding mengenai konsekuensi atau hukuman jika ia mangkir belajar, lupa mengerjakan PR karena keasyikan bermain game, dan sebagainya.
Buat hukuman yang adil, logis, dan bisa memberi efek jera pada anak, bukan menyiksa, mempermalukan atau merendahkan dirinya. Saat hukuman usai, tak perlu memaksa anak Mom untuk minta maaf atau menceramahinya. Dorong dia untuk kembali berperilaku sesuai aturan. - Berprestasi lewat pengembangan bakat
Namun kalau prestasi akademik anak di sekolah cenderung biasa-biasa saja, tidak perlu khawatir, Mom. Coba, deh, Mom lebih memberi perhatian kepada kemampuan anak Mom di luar bidang akademik. Mungkin saja selama ini ia menonjol di permaianan sepak bola, basket, atau menyukai musik.
Anak dengan kreativitas atau kemahiran yang unggul dalam bidang tertentu, seperti seni (musik, lukis, tari, dsb) atau olahraga, dapat disebut sebagai anak talented. Kecakapan yang menonjol ini dibawa anak sejak lahir dan sifatnya non intelektif.
Kalau seperti itu, Mom dapat memfasilitasi anak dengan kegiatan non akademis. Di sekolah pun tersedia muatan pengembangan diri lewat kegiatan ekstrakurikuler. Tapi jika kegiatan yang anak Mom sukai tidak tersedia, atau Mom ingin lebih maksimal, dapat pula mendaftarkannya ke sekolah sepak bola atau sanggar tari, misalnya. Dengan begitu, kesempatan akan terbuka lebih besar bagi anak untuk mengembangkan keunggulannya menuju prestasi.