“Aku benci kamu.” Kalimat yang menghujam hati ini terkadang dikeluarkan oleh si kecil yang kesal saat dilarang melakukan hal kesukaannya. Padahal, kata-kata itu mungkin keluar dari anak-anak yang belum mengerti bagaimana menggambarkan perasaannya.
Featured Story
Konsep yang abstrak tersebut penting untuk diajarkan sedini mungkin karena akan mempengaruhi setiap pilihan yang dibuat. Selain itu, anak-anak yang mampu memahami emosinya cenderung lebih tenang dan tidak memberikan tanggapan yang agresif dalam mengatasi masalah apa pun. Yuk, ajarkan sejak dini dengan beberapa tips tepat berikut ini.
1. Mengajarkan Kata-Kata Sederhana
Ajarkan kata-kata dasar pada anak-anak yang lebih kecil seperti bahagia, marah, sedih, dan takut. Sedangkan bagi yang usianya lebih besar dapat mempelajari kata yang lebih kompleks seperti frustasi, kecewa dan gugup. Bantu mereka belajar dengan mendiskusikan bagaimana perasaan karakter dalam buku maupun acara TV, lengkap dengan alasannya.
Cara ini bukan hanya membantu pengenalan kata baru tapi juga akan mengajarkan empati pada anak-anak sejak dini. Mereka akan mengetahui jika orang lain juga memiliki perasaan, misalnya jika didorong temannya akan membuatnya merasa sedih dan marah sehingga anak biasanya tidak melakukannya.
2. Beritahu Cara Menangani Perasaan
Anak-anak perlu belajar jika mereka tak bisa memukul seseorang hanya karena marah. Sebaliknya, mereka perlu belajar bagaimana cara menghadapi emosinya sehingga dapat menyelesaikan konflik secara damai.
Ajarkan cara-cara yang lebih positif misalnya, pergi ke kamar atau tempat sepi lainnya untuk membantunya menenangkan diri. Bicarakan cara-caranya untuk mengatasi perasaan sedihnya agar terhindari dari perilaku agresif saat tak ada teman yang ingin bermain dengannya.
3. Berikan Dorongan Positif untuk Mengekspresikannya
Dorong anak untuk berperilaku baik dengan memuji anak setelah mengekspresikan emosinya dengan cara yang baik. Misalnya, berikan pujian secara spesifik karena anak telah menggunakan kata-katanya saat marah pada saudaranya ketimbang langsung memukulnya.
Selain itu, Mom juga bisa menggunakan sistem reward untuk menanamkan kebiasaan ini. Cara ini akan melatih anak untuk memakai pendekatan yang lebih positif ketimbang menjadi agresif saat merasa marah atau kesal.
4. Memberikan Contoh yang Baik
Jika Mom memberi tahu anak untuk mengekspresikan kemarahannya dalam kata-kata, tapi orang-orang di sekitarnya justru menunjukkan sikap agresif saat marah, maka caramu tidak akan efektif. Berikan contoh yang baik untuk menghadapi situasi yang kurang nyaman, baik saat marah, frustasi, kecewa, hingga sedih.
Tunjukkan momen saat sedang marah atau sedih dan ucapkan di depan anak. Kemudian tarik nafas dalam-dalam atau gunakan metode lainnya untuk menghilangkan kemarahan dengan cara yang lebih positif. Anak-anak yang melihatnya dapat belajar melakukannya saat ia sendiri berada dalam kondisi emosi yang tidak nyaman.
Anak-anak yang belajar mengenali dan mengelola emosi sejak dini akan mengarah pada sikap dan perilaku positif di kemudian hari. Jangan tunda lagi, segera jajal tips-tips ini untuk membantu mereka mengungkapkan perasaannya.