Anak yang terbiasa bergaul dan bermain dengan siapa saja, akan memunyai IQ yang tinggi dan pintar dalam menyikapi hidup karena terbiasa berhadapan dengan beragam kepribadian manusia. Dan kemampuan bersosialisasi dapat distimulasi agar menjadi maksimal
Featured Story
Apa saja keterampilan sosialnya yang sepatutnya di miliki anak serta bagaimana cara menstimulusnya? Indri Savitri, M.Psi., dari Lembaga Psikologi Terapan UI memaparkannya berikut ini:
1. KENAL DIRI
Kemampuan berkenalan bagi anak, bukan sekedar mengetahui siapa namanya, sekolah dimana atau umurnya berapa. Tapi lebih mendapam lagi seperti apa film favorit nya, tokoh apa yang dia suka? Princess apa atau super hero siapa? Dengan kemampuan kenal diri yang tinggi, ketika anak menemukan sikon yang tidak sesuai dengan harapannya, dia bisa menyikapinya dengan pintar. Misalnya : anak perempuan mom mengajak si A bermain boneka bayi, namun A menolak. Lalu dia pun akan mencari teman lain seperti B dan C untuk bermain boneka bayi bersama dan saling berbagi peran. Siapa yang jadi ibu dan siapa yang jadi kakak. Dengan kemampuan kenal diri yang baik, anak tidak perlu marah kepada temannya ketika dia tidak mau diajak main.
2. KENAL EMOSI
Di usia pra-sekolah, anak dapat mengontrol emosinya lebih baik sehingga tantrum (mengamuk tanpa kendali) pun dapat dikendalikan. Jika anak di usia ini cenderung sulit mengontrol emosi, dia akan sulit bergaul dan mempunyai teman.
STIMULASI:
Sedari dini kenalkan anak dengan beragam emosi dengan mencontohkan ketika ada anak lain bersikap seperti itu baik lewat film atau ketika berada di keramaian. Misalnya ketika ada anak meraung-raung di mall karena ingin sesuatu, mom bisa bilang "lihat deh kak anak itu. Malu ya marah-marah seperti itu di sini. Kakak jangan contoh ya." atau ketika dia asik bermain sendiri, goda dia dengan "mukanya serius amat. Lagi main apa sih?"
Bantu anak ketika dia kesulitan mengungkapkan emosi dengan memeluk dan membantu ya mencari perkataan yang tepat. Jangan mentertawakannya ketika dia terlihat kesulitan bicara.
3. EMPATI
Jika ada temannya yang terjatuh, lalu anak malah mentertawakan hal tersebut tentu anak mom akan dimarahi oleh anak yang terjatuh tadi. Namun ketika anak mengerti rasa empati, maka dia akan tahu bagaimana bersikap serta mengerti akan perasaan temannya tadi yang mau jika di ketawain serta menolong temannya ke klinik sekolah untuk mengobati lukanya.
STIMULASI:
Dimulai dari mengajarkan empati terhadap anak. Misalnya sepulang sekolah, tanyakan harinya. Tawarkan makanan ringan atau minuman segar di hari yang panas. Atau ketika dia bersedih, dekati dan tanyakan "kenapa nangis kak?" dan ketika adiknya sedang rewel, kakak bisa belajar empati dengan menghibur bukan menertawakan.
4. SIMPATI
Rasa simpati membuat anak dapat menghayati perasaan orang lain, memiliki kepekaan sosial yang tinggi, tak bersikap semena-mena pada orang lain dan memunculkan sikap pemurah.
STIMULASI:
Ajarkan dengan melihat atau mengalami sebuah situasi secara langsung. Misalnya dengan mengajak dia ke panti asuhan. Anak pun akan belajar bahwa tidak semua anak seberuntung dia. Atau ketika ada anak mengamen atau meminta-minta di lampu merah, jelaskan bahwa mereka mencari uang untuk makan hari itu. Ajarkan anak untuk memberikan sedikit uangnya, ketika ada orang yang meminta-minta.
5. BERBAGI
Ketika anak kedua serta berikutnya lahir, dengan sendirinya anak pertama akan belajar membagi mom dengan adiknya-adiknya. Namun kadang kala, dia pun ingin mendapatkan perhatian penuh dari mom. Atau berbagi juga bisa dimulai ketika anak mulai sekolah. Saling berbagi permainan atau makanan dengan teman, membuat pertemanan menjadi seru. Anak pun akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak egois, menghargai perasaan/barang milik orang lain dan pemurah.
STIMULASI:
Ketika ada kesempatan bermain bersama, ajarkan dia untuk "berbagi" mulai dari mainan, makanan atau perhatian dari orang dewasa. Ajarkan bahwa temannya tidak akan mengambil mainan favoritnya. Dia hanya meminjam saat itu saja.
6. NEGOSIASI
Di usia 5 tahun, anak semakin pintar melakukan negosiasi. Dan bisa tawar menawar atau mengajukan keberatan dan menawarkan alternatif pilihan hal yang dia inginkan. Namun ada kalanya, anak kesulitan mengungkapkan pendapat dan keinginannya maka mom bisa membantu anak menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan jelaskan berbagai situasi yang mungkin terjadi dan tidak menyenangkan.
STIMULASI:
Jalin komunikasi yang baik dengan anak. Dengarkan ceritanya, dan tawarkan solusi bagi permasalahannya. Tanyakan detil kenapa dia bertindak seperti itu atau kenapa dia memilih barang itu, mengapa tidak memilih yang ini, misalnya. Lambat laun, anak pun akan terbiasa menjadi kritis dan pintar negosiasi.
7. MENOLONG
Sifat menolong terkait dengan keterampilan sosial lain seperti simpati dan empati. Menolong menumbuhkan kesadaran diri pada anak untuk membantu orang lain, dapat mengembangkan sikap kepedulian anak sehingga anak pun lebih disukai opeh teman, saudara serta gurunya.
STIMULASI:
Setiap ada kesempatan, libatkan anak dalam kegiatan mom. Misalnya biarkan si kakak membantu memandikan adiknya. Mengambil popok serta baju gantinya. Atau mencuci piring setelah usai makan. Dan ketika dia selesai, ucapkan terima kasih dan hadiah kecupan.
8. KERJA SAMA
Semakin besar, anak pun akan senang bermain kelompok. Dimana anak akan belajar bermain bergantian, kerja sama dan saling menghormati.
STIMULASI:
Ketika ada kesempatan bermain bersama, sarankan anak untuk bermain peran dan biarkan dia menentukan alur ceritanya. Atau beri dia sebuah tugas kecil dalam kegiatan memasak mom. Ketika dia mulai keluar dari jalur, ingatkan dia untuk kembali melakukan tugasnya hingga selesai.
9. BERSAING
Keterampilan untuk mengungguli dan mengalahkan anak lain ini, akan membantu anak untuk mengetahui kelemahan maupun kelebihan dirinya. Dan jangan lupa selipkan nilai sportivitas. Belajar menerima kekalahan dengan besar hati.
STIMULASI:
Ajak anak bermain bersama mom dan biarkan sekali-kali dia menang, dan sekali-kali mom yang menang. Ketika dia marah karena kalah, ajarkan nilai sportivitas dalam bermain.