Meski idealnya pemberian rasa cinta dan kasih sayang dalam pola asuh harus terbagi secara adil, namun tidak dapat dipungkiri bahwa prosesnya tak selalu mulus. Adakalanya kedua orangtua tak kompak. Misalnya, saat Mom melarang putri Mom untuk tak memakan permen karena takut giginya rusak, Dad yang tak tegaan justru malah memberikan permen itu kepada putrinya. Atau, karena Dad jarang membacakan cerita, anak laki-laki Mom justru merasa lebih nyaman dengan Mom yang sering membacakannya cerita.
Featured Story
Berbagai hal kecil seperti itu tanpa disadari bisa berpengaruh terhadap ikatan emosional setiap anak dengan salah satu orangtuanya.
Dalam hal ini, muncul satu hal menarik terkait hubungan anak dan orangtua yang telah menjadi sebuah stigma, “anak perempuan lebih dekat dengan Dad, sementara anak laki-laki cenderung lebih kepada Mom.”
Mengapa umumnya seperti itu?
Melansir laman Telegraph, mengenai sebuah survei untuk mengungkap alasan di balik keterikatan yang begitu melekat antara anak perempuan dengan Dad. Dinyatakan bahwa ada alasan yang melatarbelakanginya, yaitu terletak pada perbedaan cara membimbing dan harapan dari Dad dan Mom.
Dad sebagai sosok laki-laki dewasa kerap dipandang lebih seru, mampu memberikan kenyamanan, lebih bijak, dan santai. Umumnya, Dad juga cenderung berupaya untuk menjadi laki-laki pertama dalam hidup putrinya.
Alasan lainnya, rupanya ada simbol klasik pada diri setiap Dad, yaitu sebagai sumber pendanaan. Karena itu, anak perempuan yang ingin dibelikan boneka atau ingin belanja sesuatu saat berusia remaja cenderung mengandalkan sosok Dad agar keinginannya terpenuhi. Alhasil, Dad juga dipandang sebagai sosok yang spesial bagi anak perempuannya.
Sebaliknya, kedekatan antara anak laki-laki dengan Momnya cenderung dilatarbelakangi oleh adanya kenyamanan ekstra yang dirasakan anak laki-laki saat dimanja dan disayangi sosok Mom ketimbang Dad. Di sisi lainnya, riset terhadap 2000 orang Mom yang dilakukan situs pola asuh ternama dari Inggris, Netmums, mengungkapkan bahwa sebanyak 88% Mom mendeskripsikan anak laki-laki sebagai sosok yang menyenangkan, nakal dan ceria. Sedangkan anak perempuan digambarkan lebih kritis, argumentatif, dan serius.
Karena hal itu, ada kemungkinan bahwa anak perempuan cenderung merasa risih saat diasuh bersama Mom – yang juga cenderung cerewet – sedangkan anak laki-laki bisa lebih rileks menanggapi kecerewetan Mom. Bahkan anak laki-laki justru merasa senang karena merasa dipedulikan.
Sementara, kebanyakan Dad menginginkan anak laki-lakinya tumbuh tangguh dan mandiri. Sedangkan anak perempuan dipandang sebagai individu yang perlu perlindungan ekstra dari Dad. Perbedaan pola pandang ini tentu berpengaruh pada jenis bimbingan yang akan diberikan oleh Dad.
Sisi positif
Bagaimanapun, sebetulnya ada sisi positif yang bisa diambil. Dari seorang Dad, anak perempuan bisa banyak belajar agar dirinya lebih tangguh, bijak dan ceria. Dari seorang Mom, anak laki-laki banyak belajar tentang kasih sayang, cara menghormati dan menghargai orang lain, khususnya kepada perempuan.