Penyakit Disleksia menyerang kemampuan otak untuk menterjemahkan tulisan yang diterima oleh mata menjadi bahasa yang bermakna, sehingga juga disebut ketidakmampuan membaca. Disleksia dapat dialami oleh semua jenis umur, namun sering terjadi pada anak-anak karena faktor keturunan.
Featured Story
Apabila mom dan dad mengidap disleksia, maka ada kemungkinan anak mom mengalami Disleksia juga. Penyakit ini sebenarnya tidak memerlukan obat-obatan, namun diperlukan terapi serta program perawatan yang mampu mengurangi disleksia tersebut.
Dengan IQ antara 90 hingga 110 serta kecerdasan rata-rata anak normal, anak mampu berbicara dengan normal hanya saja mengalami kesulitan dalam membaca, mengeja, menulis dan menghitung karena anak kerap melihat huruf terbolak balik seperti angka 21 dia baca 12. Atau tulisan kaki menjadi kika.
Ketika anak harus menggabungkan kemampuan visual dan auditori, anak kerap bingung dengan menginterpretasikan simbol-simbol huruf dan kata. Mereka juga bingung membedakan kiri dan kanan.Untuk membantu anak disleksia belajar, ada tiga model pembelajaran.
1. Metode Multisensori
Yaitu memaksimalkan kemampuan visual (kemampuan penglihatan), auditori (kemampuan pendengaran), kinestetik (kesadaran pada gerak), serta taktil (perabaan) pada anak.
2. Metode Fonik atau Bunyi
Memanfaatkan kemampuan auditori dan visual anak dengan cara menamai huruf sesuai dengan bunyinya. Misalnya, huruf B dibunyikan eb, huruf C dibunyikan dengan ec. Hal ini untuk mendukung cara berpikir anak yang jika mengeja kata becak, maka terdiri dari b-c-a-k kurwng huruf e
3. Metode Linguistik
Mengajarkan anak mengenal kata secara utuh. Cara ini menekankan pada kata-kata yang memiliki kemiripan. Penekanan ini diharapkan dapat membuat anak mampu menyimpulkan sendiri pola hubungan antara huruf dan bunyinya.
Selain itu, Mom juga dapat membantu anak disleksia belajar dengan tips berikut:
• Gunakan pulpen atau pensil berwarna agar tulisan lebih terlihat. Tandai dengan stabillo kata penting dalam satu kalimat atau paragraf yang panjang
• Hindari penggunaan kalimat yang terlalu panjang
• Jika ada buku teks yang memiliki paragraf panjang, ringkaskan menjadi pokok bahasan dalam format “bullet” atau urutan 123
• Padukan pembelajaran dengan video, agar anak mengerti lebih baik
• Jika anak terlihat jenuh atau pusing, berikan waktu untuk mereka beristirahat dengan menggambar atau mendengarkan lagu atau berlari-lari bersama teman
• Anak disleksia suka eksplorasi. Berikan satu topik yang anak sukai, lalu biarkan anak melakukan riset sesuka hati mengenai topik tersebut