Featured Story
Rasanya Mom ingin sekali memiliki satu mobil lagi agar lebih mudah mengantar anak sekolah dan tidak perlu bergantian dengan Dad. Begitu juga Si Kakak yang sedang beranjak ABG, setiap melihat sepatu lucu dengan tulisan SALE 50% selalu tergiur, lain halnya dengan Si Adik yang sudah kenyang makan siang di restoran setiap melihat gerai minuman teh dengan bubble pasti merengek minta dibelikan.
Kira-kira seperti itulah susahnya mengontrol hawa nafsu dan membendung keinginan dengan kebutuhan. Sehingga sering hal yang wajib menjadi tergeser karena keinginan yang bersifat impulse buying. Membedakan antara keinginan serta kebutuhan bukanlah hal yang mudah, dan ini terjadi pada siapa saja, tua dan muda. Namun jika tidak dilatih sedari dini, menekan ego dan mengendalikan keinginan, kelak bisa menjadi hal yang merugikan diri sendiri.
Lalu bagaimana caranya mengelola keinginan? Ketika keinginan timbul, aspek emosional lebih berperan dari pada aspek rasional. Ketika melihat sesuatu yang menggoda, maka keinginan tersebut muncul dan susah untuk dikendalikan jika tidak terbiasa. Ketika keinginan tersebut muncul, kendalikan emosi dan berikan pertanyaan kepada diri sendiri. Apakah saya bener-bener membutuhkan barang tersebut? Jika iya, dengan uang atau kartu kredit saya akan membayarnya? Apakah uang tunai tersebut tersedia? Bukankah hutang kartu kredit sudah menumpuk?
Dan cobalah untuk menunda pembelian dan memberikan pertanyaan tersebut setiap kali "keinginan" itu muncul. Jika dalam seminggu Mom masih memikirkan hal itu, coba untuk menahannya hingga seminggu lagi. Dan ketika sudah berlangsung selama berminggu-minggu, bisa saja hal tersebut sudah menjadi sebuah kebutuhan. Atau dengan penundaan, maka Mom mendapat waktu dan kesempatan untuk melihat barang yang sama di berbagai tempat. Mungkin saja Mom malah menemukan barang yang sama dengan harga yang lebih murah.
Jika Mom sudah berhasil mengelola keinginan dengan baik, anak pun akan meniru hal tersebut karena Mom adalah panutan bagi anak Mom.