Beberapa pasangan orangtua yang sibuk bekerja menemui kesulitan bagaimana menemukan "formula" yang pas untuk mengasah kecerdasaan emosional buah hati mereka. Ada dua bagian yang terkandung dalam istilah kecerdasan emosional. Yang pertama adalah keterampilan untuk mengetahui dan menangani perasaan diri sendiri dengan baik, dan yang kedua adalah kemampuan untuk membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif.
Featured Story
Sebagai suatu bentuk kecakapan, kecerdasan emosional berbeda dengan kecerdasan akademik yang sifatnya statis. Bila IQ atau kecerdasan akademik cenderung tidak berubah sepanjang kehidupan seseorang, kecerdasan emosional justru dapat diasah dan dikembangkan semaksimal mungkin.
Berikut ini beberapa tips atau ulasan mengenai bagaimana orangtua dapat melakukan upaya-upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak supaya anak memiliki kemampuan untuk memahami dan mengelola perasaannya sendiri:
1. Meningkatkan kemampuan anak untuk memahami dan mengelola perasaannya sendiri
Bimbing mereka menangani perasaannya dengan efektif seperti membaca perasaan anak dan membantu menjelaskan sebab timbulnya perasaan tersebut
2. Mengizinkan anak melakukan aktivitas yang tepat untuk menyalurkan perasaannya
Aktivitas yang tepat untuk menyalurkan kemarahan anak seperti mendengarkan musik yang bisa menenangkannya, menggambar di media yang cukup besar sehingga ia bisa menumpahkan kekesalannya dengan menggambar.
Menangis merupakan cara yang baik untuk menyalurkan perasaan sedih, oleh karena itu, bila anak memang terlihat ingin menangis, Mom bisa mendukungnya untuk bebas menangis, misalnya pada situasi ia bisa sendirian di kamar. Beri tahu anak bahwa menangis bukan merupakan perilaku yang kebayi-bayian, menangis bisa menjadi sesuatu yang baik bila dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat. Pandangan bahwa anak laki-laki tidak pantas menangis, harus disingkirkan. Anak laki-laki yang dididik untuk tidak boleh menangis akan menjadi kurang cakap dalam menangani emosi-emosi yang negatif, mereka akan tumbuh menjadi orang yang suka mengubur perasaannya dan membiarkan diri sendiri menderita dengan berpura-pura menutupi perasaannya
3. Mengajarkan berterus terang
Ajari anak untuk terbiasa berterus terang mengungkapkan ketidak setujuannya atas perilaku orang lain yang menjadi sumber timbulnya perasaan negatif pada dirinya.
Misalnya ketika anak marah terjatuh karena ulah iseng temannya yang mendorongnya hingga terjatuh, katakan bahwa hal tersebut bisa membahayakan orang lain. Ketika kita mengungkapkan perasaan kita, orang tersebut mendapat umpan balik atas perilakunya, sehingga ia yang tadinya mungkin tidak sadar bahwa perilakunya membuat kita merasa tidak nyaman, menjadi sadar dan mungkin lebih bersedia untuk mengubah perilakunya. Mengajari anak berbicara asertif akan menghindarkan anak dari tindakan mengekspresikan emosi secara agresif
4. Mendukung anak untuk menceritakan perasaan dan masalah-masalahnya
Bercerita kepada orang lain merupakan cara efektif untuk melepaskan emosi. Orangtua bisa menciptakan atmosfer keluarga yang membuat anak merasa nyaman bercerita mengungkapkan pengalaman dan perasaan-perasaannya. Tunjukkan perhatian ketika anak berinisiatif untuk bercerita. Anak yang merasa bahwa orangtuanya mendengarkannya dengan sungguh-sungguh akan lebih berminat untuk melanjutkan ceritanya
5. Meningkatkan kemampuan anak untuk memahami perasaan orang lain dan bereaksi terhadap perasaan orang lain secara tepat
Langkah paling awal sekaligus paling utama yang harus dilakukan orangtua untuk mendidik anak menjadi orang yang mampu