Hi Mom!
Login/Register di sini
Menu
Home Tentang Kami Ruang Anak Ruang Mom Loyalty Program Berita

Waspadai Gaya Asuh Overprotective

Featured Story

Menyiapkan Anak Menginap Sendiri Di Rumah Kakek-Nenek

Pola asuh overprotective sering kali identik dengan “serba dilarang”. Bahkan sebagian orangtua benar-benar melarang anaknya bermain di luar karena kotor, atau bergaul dengan anak lain dengan alasan takut tertular penyakit. Niatnya, sih, agar tumbuh kembang anak tidak terganggu. Sayangnya pola asuh seperti itu justru merugikan anak. 

 

Tidak hanya kekebalan fisiknya yang jadi tidak terlatih akibat keterbatasan gerak dan lingkungan perkembangan mental anak bahkan lebih banyak dirugikan akibat pola asuh yang sangat berlebihan. Waspada!

 

Dampak dibalik seruan “jangan”

Coba ingat-ingat, deh, berapa kali dalam sehari Mom & Dad mengucapkan kata “jangan” kepada anak. Oke, mungkin maksud Mom baik karena tidak mau kejadian yang tak diinginkan menimpanya. Namun, sering melarang anak melakukan ini itu dengan kata “jangan” dapat memicu anak menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Tanpa disadari, Mom telah memasung rasa ingin tahu anak karena kebebasannya dalam bereksperimen menjadi terbatas.

Buka lebar kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi dengan kemampuannya, seperti berlari, melompat, dan memanjat, tentunya dalam pengawasan Mom & Dad. Ketika merasa perlu melarang anak melakukan sesuatu yang dapat membahayakannya, beri ia pengertian. Ini akan lebih efektif bagi anak dibanding Mom selalu mengucapkan kata "jangan".

 

Membantu bukan setiap waktu

Sebaliknya, tidak ada yang salah dengan memberi bantuan anak dalam berbagai kegiatannya. Akan tetapi, tindakan ini dapat menjadi bagian dari pola asuh overprotective ketika Mom & Dad selalu memberi bantuan segera kepada anak. Misalnya saja saat anak kesulitan mengancingkan seragam sekolahnya, padahal ia tidak memintanya. Parahnya lagi kalau Mom & Dad sampai mengerjakan PR anak!

Efeknya, anak tidak belajar untuk mencari solusi dan bersikap manja karena berpikir akan selalu ada yang siap membantu kapan saja. Lebih jauh, anak kurang memiliki rasa tanggung jawab. Sebaiknya beri anak kesempatan untuk berusaha melakukan pekerjaannya. Jika anak terlihat kesulitan, arahkan dirinya untuk mencari solusi, bukan dengan langsung membantu menyelesaikan persoalan yang seharusnya ia lalui.

 

Menjadi korban atau pelaku bullying

Anak yang dibesarkan secara overprotective juga cenderung tidak mampu menjadi pribadi yang tegas dan mandiri sehingga mudah dijadikan target bully, bahkan juga sebaliknya, menjadi pelaku bully. Hal ini seperti diungkapkan oleh penelitian di University of Warwick di Inggris dan dimuat dalam jurnal Child Abuse & Neglect.

 

Sebagai orang tua, kita harus menerapkan pola didik yang positif, dengan aturan jelas mengenai perilaku sekaligus memberikan dukungan. Tak mengapa anak berkonflik dengan temannya dan biarkan ia belajar untuk mencari jalan keluarnya sendiri, ketimbang Mom selalu turut campur hingga setiap persoalan kecil. 

 

Mom & Dad, kasih sayang sudah sepantasnya tercurah kepada anak tetapi alangkah baiknya jika tidak sampai berlebihan, karena ia juga butuh kesempatan dan kemampuan untuk mengembangkan dirinya sendiri.

Heni Oen
Perlu kesabaran tinggi menghadapi type anak ini dan perlu diperhatikan pemicu dari anak ini mengapa bertindak over
Diana Itjin
Msh berusaha tdk selalu blg "jangan" ke anak
Explore More

Hentikan Bullying dengan Kiat-Kiat Ini

Article- 10 Nov 2017

Apa itu Alergi Cuaca?

Article- 23 Dec 2016

Dengarkan Curhat Anak

Article- 06 Jan 2017