Amarah sebagai salah bentuk ungkapan emosi bisa menjadi hal yang negatif jika tidak dikelola dengan baik. Anak marah sambil membanting pintu atau marah kepada adiknya lalu berteriak dan mencoret-coret dinding rumah. Bahagia juga bisa menjadi hal yang negatif ketika kakak dan adik bermain kejar-kejaran tanpa melihat situasi hingga salah satunya menabrak dinding. Atau ekspresi emosi jago-jagoan yang membuat mereka berlomba siapa yang lebih jauh lompatnya hingga salah satu kakinya terkilir. Kira-kira begitulah ciri khas emosi balita yang lebih banyak menggunakan emosi tanpa berpikir panjang.
Featured Story
Lalu bagaimana agar anak dapat mengelola emosinya agar lebih terkontrol? Mom dapat mengajarkan beberapa hal berikut ini:
1. Kenali emosinya
Tentukan icon yang menggambarkan sedih atau senang. Gunakan alat bantu seperti sticker atau emoticon di handphone Mom. Setiap kali dia menangis atau ketakutan atau uring-uringan gak jelas, minta dia menunjuk sebuah emoticon. Dengan begitu, anak pun akan terlatih untuk lebih bisa mengekspresikan emosinya.
2. Berikan contoh kepada anak ketika Mom emosi
Anak senang mencontoh orangtuanya, termasuk mencontoh ekspresi emosi Mom.
Menurut teori Pengasuhan Anak oleh Denham, Zoller & Couchoud, anak tidak bisa belajar bagaimana mengedalikan emosi secara baik jika ia melihat ekspresi amarah orangtuanya yang meledak-ledak. Namun ketika anak melihat Mom memarahi dia dengan meledak-ledak, tidak terkontrol dan disertai tindakan tangan maka dia pun akan mengikutinya.
3. Dorongan positif
Setelah Mom mencontohkan ungkapan emosi yang tepat seperti marah tanpa merengek, tanpa kaki menendang -nendang, atau guling-guling di lantai yang diperlukan adalah konsistensi dari Mom. Setiap anak berhasil mengontrol emosinya, berikan hadiah non materi seperti pelukan dan ciuman agar dia terus termotivasi.
4.Kesempatan berlatih
Teori tanpa praktek tidak akan maksimal. Maka biarkanlah anak bermain dengan anak lain dari berbagai usia dan beragam status sosial. Misalnya di komplek rumah ada taman bermain yang berisi perosotan dan kadang di mainkan oleh anak kampung belakang, biarlah dia bermain bersama. Mom cukup mengawasi dari jauh dan menolong ketika diperlukan. Ketika ada kelakukan teman bermainnya yang kurang sopan, Mom cukup memberi tahu anak bahwa sikap temannya tadi tidak baik dan tidak perlu dicontoh.
Dengan konsitensi, anak pun akan belajar berekspresi emosi secara terarah seiring berjalannya waktu.