Saat Mom menemukan adanya kemampuan lebih yang dimiliki anak lain, sebaiknya jangan selalu membanding-bandingkannya dengan kekurangan yang ada pada anak Mom. Walau Mom bermaksud agar ia terpacu jadi lebih baik, namun sikap seperti itu juga dapat berdampak pada rendahnya kepercayaan diri dan meningkatnya stres pada anak Mom, serta membahayakan hubungan antara orangtua dengan anak.
Featured Story
Alexander Jensen, profesor di Brigham Young University, Amerika Serikat, menyatakan bahwa keinginan membanding-bandingkan merupakan suatu ‘jalan pintas’ bagi orangtua pada umumnya. Alih-alih ingin membuat anak cepat bersemangat dan sepintar saudara atau temannya, anak malah jadi pribadi yang mudah menyerah dan merasa tertekan.
Ingat, Mom, Setiap anak punya keunikan masing-masing, sehingga membutuhkan treatment yang berbeda. Dengan menyadari efek negatifnya, sebaiknya Mom menelusuri lebih dalam tentang bakat, minat dan kekuatan potensial yang anak Mom miliki sejak dini. Jangan mudah kecewa kalau anak Mom tidak pintar di bidang akademis, karena kemungkinan ia pandai di bidang lain.
Selain itu, bimbing dan bantu ia mencari solusi bagaimana mewujudkan harapan Mom, misalnya dalam hal lancar membaca, pandai matematika, terampil di bidang musik, olahraga, dan sebagainya. Cari tahu mengapa minat belajarnya rendah di bidang tertentu. Jangan-jangan anak menjadi seperti itu akibat proses pembelajarannya terlalu monoton sehingga ia tak tertarik. Atau mungkin ia kelelahan karena padatnya rutinitas les yang ia ikuti dan lain sebagainya.
Nah, daripada membuatnya minder karena dibanding-bandingkan melulu, akan jauh lebih baik kalau Mom berusaha mengenali minatnya. Dan berikan terus stimulasi yang ia butuhkan supaya bakatnya kian terasah, berkembang lebih efektif, dan optimal. Mom pasti bisa memberikan yang terbaik untuknya.