Featured Story
Kadang seorang Ibu terlalu berlebihan melarang anak untuk bermain di luar rumah karena faktor keamanan yang kurang mendukung, sehingga banyak anak yang menghabiskan waktunya di rumah dengan bermain gadget atau menonton TV. Padahal anak memerlukan juga bermain di luar rumah, bertemu dan mengenal teman-teman sebaya yang ada di lingkungan mereka.
Pada umumnya anak akan cepat beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya, tapi beberapa anak mengalami kesulitan untuk bergaul dengan teman sebaya yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Sebenarnya apa hubungan antara emosi anak dan kegiatan bermain?
Sigmund Freud berdasarkan Teori Psychoanalytic mengatakan bahwa bermain berfungsi untuk mengekspresikan dorongan implusif sebagai cara untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan pada anak. Bentuk kegiatan bermain yang ditunjukan berupa bermain fantasi dan imajinasi dalam sosiodrama atau pada saat bermain sendiri. Menurut Freud, melalui bermain dan berfantasi anak dapat mengemukakan harapan-harapan dan konflik serta pengalaman yang tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata, contoh, anak main perang-perangan untuk mengekspresikan dirinya, anak yang bermain boneka dan pura-pura menjadi Ibu Guru untuk menunjukkan bahwa ia mengagumi sosok yang bernama Guru.
Bermain mengembangkan aspek sosial emosional anak yaitu melalui bermain anak mempunyai rasa memiliki, merasa menjadi bagian/diterima dalam kelompok, belajar untuk hidup dan bekerja sama dalam kelompok dengan segala perbedaan yang ada. Dengan bermain dalam kelompok anak juga akan belajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan anak yang lain, belajar untuk menguasai diri dan egonya, belajar menahan diri, mampu mengatur emosi, dan belajar untuk berbagi dengan sesama. Dari sisi emosi, keinginan yang tak terucapkan juga semakin terbentuk ketika anak bermain imajinasi. Dengan bermain memberi kesempatan pada anak untuk belajar dan berkembang, dan tidak ada satu program pun yang dapat menggantikan pengamatan, aktivitas, dan pengetahuan langsung anak pada saat bermain.
Salah satu cara anak mendapatkan informasi adalah melalui bermain. Bermain memberikan motivasi terpendam pada anak yang dimunculkan melalui emosi positif. Emosi positif yang terlihat dari rasa ingin tahu anak meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian anak terhadap tugas. Emosi negative seperti rasa takut, intimidasi dan stress, secara umum merusak motivasi anak untuk belajar. Rasa ingin tahu yang besar, mampu berpikir fleksibel dan kreatif merupakan indikasi umum anak sudah memiliki keinginan untuk belajar. Secara tidak langsung bermain sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak untuk belajar dan mencapai sukses. Hal ini sesuai dengan teori bermain yang dikemukakan oleh James Sully, bahwa bermain berkait erat dengan rasa senang pada saat melakukan kegiatan.