Mom pernah mendengar istilah “The Power of Kepepet’? Bahkan sampai Jaya Setiabudi pun mengangkat topik ini menjadi judul buku. “Ilmu kepepet” dipercaya ampuh membuat orang dan anak menjadi lebih kreatif, lebih mau berusaha untuk mendapatkan apa yang dinginkannya. Atau kata Jaya Setiabudi dalam buku TPOK “Anda harus menciptakan kondisi itu karena kondisi itu akan memacu kreativitas Anda untuk mencari jalan keluar”.
Featured Story
Kali ini mari kita bahas “ilmu kepepet” dan menghasilkan yang positif.
Suatu sore Syira merengek kepada Ibunya untuk dibelikan wireless microphone headset untuk bermain peran menjadi pemain panggung broadway. Namun barang tersebut harganya cukup mahal dan Ibunya tidak mau membelikannya. Tahu banget kalau Ibunya bukan orang yang mudah dirayu, maka Syira memutar otak. Dia memanfaatkan bullpen sebagai mic dan agar bisa berposisi di dekat mulut, maka bullpen tersebut dia selotip di pipinya. Kreatif.
Lalu bagaimana memanfaatkan “ilmu kepepet” tersebut dalam mendidik anak?
- Biasakan anak dalam kondisi “sulit”. Hidup berkecukupan itu mudah, namun hidup pas-pasan memerlukan tantangan. Disinilah proses kreativitas berkembang
- Motivasi untuk bisa. Dalam kondisi yang tidak sempurna, anak akan belajar untuk bertahan dan berhasil melewati hal itu dengan caranya
- Belajar dari kehidupan. Kehidupan adalah sekolah terbuka untuk siapa saja yang mau belajar. Biarkan anak bebas berkresi, eksperimen dan eksplorasi lingkungan sekitarnya dan belajar dari alam serta lingkungan sekitar.
Dengan membesarkan anak dalam keterbatasan, anakpun akan menjadi kreatif dan pintar dalam menyikapi kehidupan. Karena dalam hidup, keadaan tidak selalu sempurna dan dibutuhkan kreativitas untuk menyikapi situasi ini. Selamat mencoba Mom.
