Seringkali Seringkali masalah sejarah keluarga diabaikan. Padahal mengenalkan sejarah keluarga lebih dini kepada anak sangat baik pengaruhnya, lho. Mom, seperti meningkatkan rasa percaya diri karena mengetahui ia mempunyai silsilah keluarga yang kuat.
Featured Story
Penelitian yang dilakukan oleh dua psikolog dari Universitas Emory, Robyn Fivush dan Marshall Duke, mengatakan bahwa masa lalu keluarga ternyata bisa membantu perkembangan anak-anak.
Pengaruh Positif Mengetahui Sejarah Keluarga
Dalam survei yang diadakan Fivush dan Duke, terlihat bahwa anggota keluarga yang tahu banyak mengenai sejarah keluarga memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1. Terjalinnya hubungan yang lebih erat
Perbincangan ringan saat makan malam mengenai sejarah keluarga dipercaya bisa membangkitkan kedekatan antara generasi muda dengan yang tua. Anak-anak akan selalu ingin tahu lebih, terutama jika masa lalu yang diceritakan sangat menarik.
2. Membangun rasa percaya diri
Jika anak-anak tahu bagaimana kakek-nenek mereka pada masa lalu berjuang untuk hidup, mereka akan merasa memiliki jiwa pejuang dan pekerja keras. Ini akan bermanfaat saat mereka harus menghadapi tantangan hidup di masa yang akan datang.
3. Belajar dari pengalaman
Jika ada anggota keluarga yang menderita penyakit tertentu, terutama yang bisa diturunkan ke anggota keluarga lainnya, hal ini bisa membuat anak tahu lebih dini dan belajar untuk menanganinya.
Cara Mengenalkan Sejarah Keluarga
Menurut Duke, ada tiga cara untuk menjelaskan tentang sejarah keluarga kepada anak, yaitu:
1. Ascending narrative
Contohnya: “Nak, kakek dan nenekmu dulu tidak memiliki apa-apa. Namun kemudian mereka buka toko dan kerja keras supaya tokonya punya banyak pembeli. Dari uang hasil jualan, Dad bisa bersekolah sampai kuliah, lho.”
Anak pun mulai memahami pentingnya berjuang dari nol untuk mencapai apa yang diinginkan. Ia pun makin semangat bercita-cita karena memiliki bukti contoh sukses kuat, yaitu keberhasilan kakek-neneknya.
2. Descending narrative
Contohnya: “Sayang, dulu kondisi keluarga kita lebih baik karena Mom dan Dad bekerja. Tapi sekarang Mom sudah berhenti kerja untuk mengurus nenek yang sakit, jadi sekarang kita hidup sederhana, ya.”
Lewat penjelasan ini, anak belajar untuk menerima kondisi yang ada dan memiliki tekad untuk memperbaiki keadaan. Misalnya, ia pun makin rajin belajar agar bisa jadi dokter untuk membantu menyembuhkan orang-orang yang sakit seperti nenek.
3. Oscillating narrative
Ini adalah cara yang paling dianjurkan. Contohnya: “Keluarga kita pernah merasakan naik-turunnya kehidupan. Dulu kakek dan nenekmu adalah orang terpandang di desa dan punya peternakan. Namun keluarga kita juga punya sejarah yang bikin sedih, misalnya paman C pernah masuk rehabilitasi narkoba. Namun apapun itu, kita tetap menjadi sebuah keluarga yang kuat dan saling mendukung.”
Dengan gaya penyampaian ini, anak jadi memahami kalau kehidupan ada pasang surutnya. Ia pun mengerti pentingnya menjaga keutuhan keluarga.