Featured Story
Anak yang lambat dalam proses belajar punya keunikan tersendiri, meski perkembangan kecedasaannya normal. Keunikan apa yang bisa digolongkan sebagai kesulitan belajar pada anak? Berikut infonya!
Kenali Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar atau learning disability/learning difficulty pada anak adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Akibatnya, ada kesenjangan antara kecerdasan anak dengan kemampuan akademisnya.
Kondisi ini bukan karena cacat fisik atau mental, tidak juga karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan dari otak anak saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi yang ia dapat.
Ciri Anak dengan Kesulitan Belajar
Pada umumnya kesulitan belajar anak dapat dikenali setelah 3 bulan pertama setelah mengikuti pembelajaran di kelas Sekolah Dasar. Pengamatan tersebut bisa dilakukan dengan memperhatikan perilaku anak, misalnya sulit berkonsentrasi, lambat mengikuti instruksi, memiliki aktivitas fisik yang berlebihan, mudah lupa, tidak dapat mengikuti ritme atau ketukan, sulit menangkap dan melempar bola, sulit membedakan huruf terutama huruf yang mirip seperti b-d, p-q, w-m, n-u, bahkan sulit memahami konsep penjumlahan, pengurangan, atau perkalian.
Macam Kesulitan Belajar
Ada beberapa jenis kesulitan belajar, yaitu:
Disleksia (Kesulitan membaca)
Anak kesulitan untuk memahami simbol, huruf, dan angka. Kemampuan membaca dan pemahamannya sangat lambat.
Disgrafia (Kesulitan menulis)
Kesulitan dalam proses menggambar simbol bunyi menjadi simbol huruf atau angka. Biasanya terlihat dari tulisannya yang tidak terbaca, tidak ada jarak antar kata saat menulis, dan bentuk huruf yang dibuat tidak jalas.
Diskalkulia (Kesulitan berhitung)
Anak kesulitan dalam menggunakan bahasa simbol untuk berpikir, mencatat, dan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan kuantitas atau jumlah.
Bagaimana Menanganinya?
Mom dan Dad perlu menyadari bahwa anak yang mengalami kesulitan belajar bukan berarti tidak pintar, karena biasanya tingkat kecerdasannya normal. Meskipun dalam beberapa kasus anak perlu bantuan psikolog, namun sebelumnya Mom dan Dad perlu memberi stimulasi kepada anak untuk menumbuhkan motivitasi, menyeimbangkan aktivitasnya, dan membantunya berkonsentrasi.
Beberapa aktivitas yang bisa Mom dan Dad lakukan untuk membantunya belajar adalah memberi bacaan bergambar, berlatih mengenal huruf dan angka, juga mengenal bentuk. Lakukan pendekatan lembut, tanpa paksaan, dan harus dilakukan dalam kondisi yang menyenangkan. Dengan demikian, anak tak merasa frustasi karena kesulitan yang berakibat ia malah mogok belajar.
Disleksia:
Jika anak masih sulit membedakan huruf, terutama huruf yang mirip, maka ia harus dilatih untuk mengenali satu persatu huruf tersebut sampai menguasainya. Buatlah huruf dalam ukuran besar dan ucapkan, lalu minta anak mengulanginya. Cara ini juga bisa diterapkan dalam mempelajari kata.
Disgrafia:
Berikan anak kegiatan yang dapat melatih otot-otot di tangan, yaitu otot bahu, lengan atas, lengan bawah, dan jari-jari. Selain itu, anak dapat dilatih membuat garis dan bentuk-bentuk geometris sederhana, menyambungkan titik-titik, atau menyalin huruf.
Diskalkulia:
Menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, misalnya mengajak anak merapikan mainan sambil menghitung, atau berlatih menghafal angka dan bentuknya.