Mom tentu tak mau jika anak Mom dijauhi teman-temannya akibat perilakunya yang suka mengadu. Lantas, tindakan apa yang sebaiknya Mom lakukan untuk menghadapi perilakunya itu?
Featured Story
- Insting persaingan
Sebelum menjawab pertanyaan itu, sebaiknya Mom perlu ketahui dulu apa penyebab yang membuatnya berperilaku seperti itu. Susanne Denham, profesor psikologi perkembangan dari George Mason University, Amerika Serikat, mengatakan bahwa sejak usia 18 bulan anak-anak sudah bisa mengadu karena sudah muncul insting persaingan. Mereka melakukannya agar mendapat dukungan orang lain. Biasanya, mengadu memang dilakukan antarsaudara, yang didasari rasa persaingan. Namun, ini juga dapat terjadi pada teman bermain.
Jerry Wyckoff, psikolog anak di Prairie Village, Amerika Serikat juga mengatakan bahwa mengadu menjadikan seorang anak merasa lebih unggul atau lebih baik dari anak lain di mata orang tua atau guru.
Mengadu juga berhubungan dengan rasa moral anak yang mulai tumbuh. Ketika ada sesuatu yang melanggar aturan, yang mungkin baru diketahui anak, ia akan merasa kecewa dan ingin aturan itu ditegakkan. Karena anak-anak usia ini belum terampil menyelesaikan masalah, mengadu kerap menjadi pilihannya.
- Perlu objektif, perhatian, dan mengenalkan tentang berbagi
Untuk menghadapi perilakunya itu, orangtua perlu berlaku objektif kepada anak-anaknya. Contohnya, saat si adik menangis, jangan langsung menyalahkan si kakak, sebab belum tentu demikian. Bila dibiarkan, si adik akan memanfaatkan pengaduannya. Sebab, ia yakin orangtuanya akan membelanya karena sebelumnya sudah belajar dari perilaku yang ditunjukkan oleh orangtuanya.
Berikan juga perhatian yang berkualitas bagi anak. Umumnya, anak ingin mendapatkan perhatian lebih, apalagi jika kerap dibandingkan dengan kakak, adik atau sepupunya. Jika anak kurang diperhatikan, sangat mungkin ia akan sering mengadu.
Selanjutnya, orangtua perlu mengenalkan anak tentang konsep berbagi. Ini penting untuk meredam berbagai hal yang dianggap oleh anak sebagai suatu persaingan.