Hi Mom!
Login/Register di sini
Menu
Home Tentang Kami Ruang Anak Ruang Mom Loyalty Program Berita

Mom, Mengapa Aku Harus Selalu Mengalah Kepada Adik?

Anak balita yang "hobi" merebut barang atau mainan kakak atau temannya, memang mengganggu. Tidak jarang si kakak mengadu kepada Ibunya. Jarang sekali seorang adik mau mengalah kepada kakaknya. Dan sebagai kakak yang baik, maka si kakak berkata "Ya, udah, deh, kamu duluan yang main. Aku nanti aja".

Featured Story

Apakah Usia Balita Harus Masuk Sekolah?

 

 Jika sikap mengalah ini kerap ditunjukkan oleh kakak kepada adiknya, hal ini akan membuat suasana menjadi tentram. Namun jika sebaliknya? Hal ini akan menjadi kericuhan kecil di dalam keluarga. Pertikaian terjadi, saling berebut dan bertengkar. Dan ketika si kakak dinasehati untuk mengalah, dia membalas dengan sikap memusuhi. 

 

Menurut beberapa ahli psikologi, sikap mengalah terbentuk dari pola asuh orangtua. Jadi, sekalipun anak punya potensi mengalah, tapi bila lingkungan tidak  mendukung, potensinya itu tidak akan berkembang. Sama halnya dengan anak yang berpotensi di bidang musik, misalnya jika tidak dikembangkan, maka bakatnya itu tidak akan muncul ke permukaan. 

 

Salah satu pola asuh yang mendukung terbentuknya sikap mengalah pada anak ialah perlakuan "khas" orangtua terhadap anak sulung. Orangtua cenderung memperlakukan anak sulungnya harus mengalah, "Kamu anak yang paling besar, jadi kamu harus mengalah dengan adikmu."  Begitupun perlakuan orangtua yang cenderung membedakan anak lelaki dan anak perempuan bahwa anak lelaki harus mengalah dengan anak perempuan. Jadi, ucapan orangtua yang meminta si sulung atau si bungsu untuk mengalah inilah, yang akhirnya membentuk anak jadi punya sikap mengalah. Anak pun punya ego, dia sebenarnya tidak ingin mengalah dengan adik tapi karena Mom dan Dad meminta dia mengalah, maka ia pun menurutinya. Satu hal lagi, kebiasaan hidup di rumah juga ikut berperan. Bila salah satu orangtua bersikap dominan dan satunya pengalah, sedikit banyak akan berpengaruh pada anak-anaknya. 

 

Ketika pola asuh Mom dan Dad kurang tepat, maka sebaiknya segera dirubah. Seperti mengajari anak bersikap asertif, yaitu mampu mengungkapkan keinginan tanpa menyinggung perasaan orang lain. "Jadi, ia tetap bisa mengungkapkan keinginannya tanpa menimbulkan konflik. Ia puas dan orang lain pun akan merasa nyaman," yaitu dengan cara membiasakan anak mengungkapkan pendapatnya. Awalnya, biasakan ia mengungkapkan perasaannya, apa pun yang ia rasakan, dan harapan atau keinginannya. Hingga akhirnya ia tak lagi pasif dan selalu menuruti apa kata orang, tapi punya pendapat sendiri. 

 

Ajari anak mengenai hak-haknya agar ia tahu bagaimana mempertahankan hak-haknya. Caranya dengan memberikan apa yang menjadi hak-haknya dan ajari bagaimana mempertahankannya ketika haknya tersebut direbut. Misalnya ketika lagi bermain bersama, lalu adiknya memukul kepala kakak dengan remote karena terlalu bersemangat. Lalu kakak menangis dan Mom memarahi adiknya karena kakak kesakitan. Dan Mom memperbolehkan kakak untuk memarahi adiknya, tapi kakak memilih untuk diam dan melihat adiknya dengan kesal. Dalam hal ini, anak terbesar memilih untuk membela dirinya dengan rasa kasih sayang karena tahu adiknya masih kecil dan tidak sengaja. 

 

Namun ketika anak berkompetisi dalam suatu pertandingan dimana anak mempunyai potensi untuk berperan serta, tapi karena sikap mengalahnya maka dia dinilai sebagai tidak kompeten. Hal ini salah satu contoh mengalah yang tidak baik. Karena anak tidak bisa berkembang sesuai dengan potensinya. Jangan lupa, anak pun punya keinginan. Namun agar potensi berkembang maksimal, lingkungan juga harus mendukung. Jika dari dirinya sendiri tidak ada keinginan untuk tampil atau memperoleh penghargaan dari orang lain dan sering mengalah, tentu potensinya tidak berkembang. Jadi, tugas orangtua untuk menjelaskan pada anak bahwa hak setiap orang untuk memperoleh pengakuan dari orang lain. "Kalau Kakak dapat kesempatan, jangan berikan pada orang lain, tapi tunjukkan kemampuan Kakak". 

 

Dengan begitu, kita sekaligus mengajarkan dan memberikan dorongan padanya agar mendapatkan dan mempertahankan haknya. Mungkin hasilnya tidak bisa seketika, terlebih bila kebiasaannya mengalah sudah terpola. Yang penting, teruslah berlatih agar anak tidak cepat putus asa. Salah satu cara melatiihnya lewat permainan kalah-menang.

Vonny Kurniati
Masih blm mengalami sih krn anak saya baru 1, tapi bermanfaat nih infonya buat bekal nanti^^
Dewi De
ini masalah anak saya setiap hari, ribut.. beramtem terus.. artikel ini sangat membantu saya.. penjelasannya jelas .
Explore More

Jika Anak Mulai Jatuh Cinta

Article- 04 Jun 2013

Tidak Harus Selalu Menang, Ini Kiat...

Article- 10 Nov 2017

Go Green Tips untuk Mom dan Anak Saat...

Article- 24 Jan 2017