Ketika anak berbohong, Mom dan Dad memaklumi cerita bohong tersebut sebagai bentuk imajinasi mereka. Namun berbohong dari segi perkembangan anak akan menjadi masalah jika menjadi suatu kebiasaan. Berbohong akan mengikis kedekatan dan keakraban, berbohong juga akan menimbulkan bibit ketidakpercayaan. Walau anak belum memahami 100% perkataan yang diucapkannya dan apa arti dari kebohongan, namun berbohong merupakan perilaku negatif yang perlu dipangkas sedari dini.
Featured Story
Kadang tanpa disadari, orangtua suka mengajarkan kebohongan seperti “Ayo nak tidur. Kalau tidak tidur, kamu akan didatangi raksasa yang suka menculik anak yang tidur malam”. Padahal orangtua tahu bahwa itu tidak akan terjadi dan anak-anak suatu saat pun akan tahu bahwa itu hanyalah karangan belaka, namun hal itu tetap dilakukan karena sepertinya lebih mudah berkata begitu untuk menyelesaikan masalah secara instan.
Dengan mengajarkan kejujuran, anak pun belajar untuk berpikir realistis. Namun anak akan sulit belajar realistis ketika role model mereka mencontohkan kebohongan bukan mengajarkan kejujuran. Sehingga sebaiknya kejujuran dimulai dari diri sendiri karena daya tiru anak sangat tinggi.
Ketika anak melakukan kesalahan, sebaiknya dilihat dulu penyebabnya dan ajak anak untuk memahami masalah dan mencari solusi. Hal ini akan mengajarkan anak berfikir lebih dewasa dan bersikap jujur. Tidak menyembunyikan kesalahan dan menceritakan kebenaran kepada orangtua adalah hal yang penting.
Orangtua sebaiknya mampu mengendalikan diri, sehingga ketika dihadapkan pada sebuah masalah, orangtua bisa bersikap professional dan tidak emosional sehingga anak pun tidak takut untuk berkata jujur. Dengan komunikasi yang hangat, santai tanpa terkesan menggurui anak pun akan terpicu untuk berkata jujur karena tidak takut akan dimarahi. Ketika anak berbohong, komunikasikan sanksi terbaik yang disepakati bersama. Bersifat mendidik namun bukanlah kekerasan fisik sehingga anak mengetahui konsekuensi ketika dia berbohong, maka dia akan menerima hukuman.