Featured Story
Setiap kali mendapati anak berbuat tindakan terpuji, sebagai orangtua biasanya kita ingin memberikan hadiah. Pemberian hadiah juga dimanfaatkan orangtua sebagai cara agar anak berperilaku baik. Sah-sah saja, kok, Mom! Namun, memberikan hadiah pada anak ada strateginya agar tidak menimbulkan efek yang buruk.
1. Usia balita
Kebanyakan balita baru mulai benar-benar mengerti tentang kekuatan janji ketika mendekati usia yang ke-3 tahun. Sebenarnya Mom tidak perlu membelikan mereka sesuatu dalam wujud benda.
Strateginya:
Lakukan hal sederhana yang menyenangkan. Tepuk tangan, sorakan menyemangati, atau senyuman pun cukup. Misalnya, ketika ia bisa duduk tenang dalam mobil mainannya, sebuah pujian sudah menjadi sebuah penghargaan, bahkan dapat membuat mereka lebih lama berperilaku manis.
2. Usia prasekolah
Ketika anak mulai memasuki usia prasekolah, tantrum-nya akan mulai berkurang. Kian berkembangnya kemampuan berbicara dan berpikir anak, membuat Mom lebih mudah membuat perjanjian dengan mereka. Bahkan, kadang mereka mau menunggu sampai seminggu demi menanti hadiah atas sikap baik mereka dari Mom.
Namun karena sekarang mereka mulai dapat mengerti hukum sebab dan akibat, Mom mesti ekstra hati-hati dan sebaiknya tidak menawarkan hadiah ketika mereka sedang berperilaku buruk. Kalau Mom tetap menawarkannya, mereka justru akan makin bertingkah, soalnya mereka tahu bahwa Mom akan melakukan apa pun demi menghentikan rengekan mereka.
Strateginya:
Lakukan sebaliknya untuk memberi anak dorongan. Tawarkan hadiah ketika anak sedang berperilaku baik, sebelum dirinya bertingkah. Jelaskan dengan tenang, misalnya sebelum berangkat mengunjungi kakeknya, bahwa jika ia berperilaku baik, tidak merengek atau bertengkar dengan saudaranya, akan memperoleh tambahan waktu bersenang-senang di taman bermain atau pergi berenang di akhir pekan. Ingatkan kembali jika perlu!
Dengan begini, Mom yang memegang kendali. Di samping itu, tidak hanya baik bagi anak, namun dapat pula menambah kepercayaan diri Mom & Dad sebagai orangtua, bahwa Mom/Dad mampu mengajarkan anak untuk bersikap baik.
3. Usia sekolah
Pada tahap ini, anak sudah cukup besar sekaligus ‘pintar’. Ketika Mom & Dad menjanjikan, “Akan membelikanmu game terbaru kalau nilaimu bagus,” bisa jadi tidak akan mempan lagi. Malah, mungkin saja mereka akan bernegosiasi untuk mencoba mendapatkan ‘penawaran’ yang lebih.
Strateginya:
Ketimbang menawarkan aneka hadiah, lebih baik sampaikan pada anak mengenai apa yang sebaiknya mereka lakukan atau perbaiki. Apakah itu berarti membereskan kamar seminggu sekali atau mengerjakan PR dengan lebih baik. Jelaskan pula perencanaan bagaimana cara Mom memberikan hadiah tersebut jika mereka menjalankannya, misalnya anak akan memperoleh sebuah game baru pada akhir bulan jika membereskan kamar seminggu sekali. Lebih dari itu, anak akan memperoleh satu game tambahan sebagai bonus. Dengan ikut melibatkan anak dalam perencanaan, mereka akan cenderung berusaha mewujudkannya.
Bagaimana dengan reward berupa uang? Mengingat anak usia sekolah sudah mengerti akan alat tukar tersebut. Meski kurang disarankan, namun bukan berarti menjadi sesuatu yang ‘tabu’ jika itu adalah satu-satunya cara yang ternyata berhasil, sepanjang untuk alasan yang benar. Setidaknya anak akan mengerti bahwa ia dapat memperoleh sesuatu dengan berusaha, bukan dengan merengek. Pelajaran seperti ini lebih bernilai daripada jumlah uang yang dikeluarkan sebagai hadiah.
Nah Mom & Dad, bijaklah dalam memberikan reward karena reward sejatinya bukan sogokan kepada anak.