Setiap manusia terlahir memiliki tingkat emosi yang berbeda. Pada dasarnya emosi itu sendiri ada sejak masa balita. Emosi setiap anak berhubungan erat dengan tahapan usianya, berhubungan dengan cara anak menghadapi dan mengendalikan emosi tersebut.
Featured Story
1. Usia infant (0-2 tahun)
Ketika anak belum bisa bicara, mereka menggunakan emosi, khususnya senyuman dan tangisan untuk berkomunikasi. Senyuman bayi mengkomunikasikan rasa senang dan nyaman kepada orang tuanya, dan meningkatkan semakin banyaknya pernyataan cinta dan perhatian yang disampaikan oleh orangtuanya. Sebaliknya, tangisan merupakan bentuk komunikasi dari perasaan tertekan karena lapar, sakit atau marah. Respons dan kecepatan serta ketepatan orangtua bereaksi terhadap tangisan tersebut akan menguatkan rasa percaya dan membuat anak membentuk kedekatan dengan orangtuanya. Sebagai dasar dari tumbuhnya rasa percaya dan rasa aman anak terhadap dunianya
2. Usia prasekolah (2-6 tahun)
Anak pra-sekolah hanya mengekspresikan satu emosi pada satu waktu, dan belum bisa memadukan emosi atau perasaan dari hal-hal yang membingungkan, seperti yang dirasakan oleh anak-anak yang lebih besar. Karena itu, anak-anak ini menjadi bingung dan sulit untuk membedakan emosi mereka, dan tidak tahu bagaimana cara menyampaikan apa yang mengganggu atau apa yang mereka inginkan.
Tetapi anak-anak ditahapan usia ini sudah bisa mengekspresikan emosi dasar dari rasa marah dan takut, baik dengan cara yang positif maupun negatif.
Ketika anak semakin matang, mereka akan mampu untuk mengidentifikasi atau mengenali perasaan mereka, dan menghubungkannya dengan kejadian/peristiwa yang spesifik. Sebagai contoh anak usia 3 tahun bisa menceritakan perbedaan antara reaksi senang dan sedih pada sebuah cerita, dan seiring dengan meningkatnya kemampuan bahasa mereka, anak usia 4 dan 5 tahun sudah bisa menyampaikan perasaan mereka pada orang lain
3. Usia sekolah dasar (6-12 tahun)
Pada tahapan usia sekolah pengetahuan mengenai benar – salah dan perkembangan emosi mengenai perasaan benar dan salah pada anak usia ini ditentukan oleh aturan yang ada dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan teman sebaya mereka. Begitu anak-anak tumbuh dan berkembang, mereka semakin matang untuk membentuk aturan dan nilai-nilai mereka sendiri.
Anak-anak pada usia 6-7 tahun mengetahui adanya aturan, dan menganggap hal tersebut tidak bisa diubah, dan mereka selalu memikirkan mengenai hukuman yang akan mereka dapat jika mereka melanggar aturan.
Mulai usia 10 tahun keatas, mereka mulai bisa mempertimbangkan antara tujuan tingkah laku dan konsekuensinya, mereka juga menyadari bahwa sebuah tingkah laku bisa memiliki makna berbeda tergantung sudut pandangnya. Mereka juga tahu bahwa aturan bisa diubah dan dikompromikan