Kemandirian pada anak tidak terjadi secara instan. Harus di pupuk sedari dini, sehingga dia terbiasa melakukan beragam hal dalam kehidupan . Berikut beberapa tips yang mom bisa lakukan:
Featured Story
1. Menumbuhkan “basic trust”
Sejak bayi sebenarnya anak sudah memiliki basic trust, tetapi ketika dia balita sebaiknya orang tua sepatutnya memberikan respon positif atas kebutuhan si anak. Hal ini dapat meningkat perasaan “trust” dari si balita dan balita pun akan merasa aman juga didalam kehidupannya. Nah dengan perasaan aman, balita pun akan lebih berani dalam menghadapi tantangan yang ada dihadapannya. Sifat mandiri pun akan ikut terbentuk, ketika anak menghadapi tantangan.
2. Memberikan “tanggungjawab” atau kepercayaan kepada anak
Ketika kita melihat/merasa anak kita melakukan sesuatu yang kita rasa dia mampu melakukannya, sebaiknya kita memberi kesempatan kepada dia untuk melakukannya sendiri. Misal ketika dia selesai makan dan ingin meletakkan piringnya di tempat cucian, kita bisa memberi kesempatan itu kepada dia dan jangan melarangnya. Berikan rasa percaya bahwa dia mampu. Dengan memberi kesempatan dan kepercayaan kepada anak, pada akhirnya anak menjadi berani dan mandiri.
3. Memberi contoh
Anak senang mencontoh orang tuanya. Jika mom dan dad memiliki kepribadian yang tertutup dan kurang suka melakukan hal-hal yang baru, maka balita mom akan tumbuh dengan memiliki kepribadian yang mirip dengan mom dan dad. Maka jika mom dan dad ingin balitnya tumbuh menjadi pribadi yang pemberani, cobalah mengubah ketakutan mom menjadi keberanian. Misalnya mom tidak bisa bersepeda, tapi mom pengen anak mom berani bersepeda roda dua. Cobalah untuk belajar bersama. Sehingga anak pun belajar dari mom bagaimana mengalahkan ketakutan tadi.
4. Jangan memaksa
Semua yang mom dan dad lakukan untuk melatih keberanian dan kemandirian anak memerlukan waktu dan proses. Hal ini itu akan berkembang secara perlahan sehingga jangan memaksakan anak untuk menguasai segala hal yang diajarkan pada saat itu juga. Misal mom ingin anak tidak telat ke sekolah, maka mom membiasakan anak bangun pagi lalu langsung mandi. Hal ini butuh proses, hingga kegiatan pagi hari ini menjadi lancar. Awalnya anak perlu waktu untuk pemanasan, alasan dan semangat untuk bisa bangun pagi. Hingga pada akhirnya anak akan terbiasa dan menjadi sebuah kebiasaan yang rutin
5. Jangan terlalu membebani
Perlu diingat bahwa tahapan yang bisa dilalui oleh anak adalah berkembang secara bertahap, sehingga stimulus yang diberikan kepada si anak harus disesuaikan juga dengan perkembangan anak. Jika terlalu banyak stimulus akan membuat anak bingung dan akan kehilangan keberanian untuk melakukan sesuatu.
6. Tetapkan batasan
Walaupun anak pemberani itu hal yang positif, tapi jika terlalu berani hingga menantang bahaya atau membahayakan orang lain, menjadi hal yang negatif. Sehingga mom perlu membuat suatu batasan berani dan bisa memberikan penjelasan yang masuk akal tentang larangan tersebut. Misalnya, merosot dari lantai atas ke bawah menggunakan pegangan rel tangga itu berbahaya. Jika anak ingin bermain yang menantang, lakukan di taman bermain atau area outbond. Jelaskan bahwa segala sesuatu ada tempat dan waktunya. Tangga untuk kita turun ke lantai bawah, bukan untuk perosotan.
7. Biarkan anak terbiasa memilih
Dari hal yang kecil dalam kehidupan sehari-hari, biarkan anak memilih sendiri sesuai kemauannya. Mom hanya perlu menyederhanakan pilihan menjadi 2 yang menurut mom tidak berbahaya untuk dia. Misalnya menentukan menu makanan untuk di bawa sekolah. Mau nasi goreng atau nasi dengan ayam goreng? Atau ketika dia memilih baju untuk pergi ke mall, namun terlalu heboh. Mom bisa memberikan saran, lebih baik anak memilih baju yang lebih simple. JIka anak terbiasa membuat keputusan sederhana sejak kecil, kelak anak akan terbiasa mengambil keputusan yang lebih besar dalam waktu yang lebih cepat dan tidak ragu-ragu.
8. Berikan penghargaan
Ketika anak berhasil menyelesaikan suatu masalah, tunjukkan apresiasi mom. Walau solusi itu tidak sesuai standar mom atau mom berpikir ada cara yang lebih bagus, namun ketika anak merasa dihargai kepintarannya maka dia akan lebih percaya diri. Misalnya ketika di sekolah anak ngompol di toilet sekolah, lalu karena dia malu bilang sama gurunya maka dia segera mencopot celana dalamnya dan berlari mengambil tas dan mengganti baju dan celana dalamnya. Walau dia lupa membasuh air pipis di kelaminnya atau menaruh celana dalam yang basah ke dalam kantong terpisah sehingga tidak mengotori tasnya.
9. Jangan KEPO (terlalu ingin tahu)
Maksud hati ingin tahu tentang kegiatan anak hari itu, namun terkadang anak letih setelah seharian sekolah. Sehingga ketika mom bertanya serentetan pertanyaan, anak pun jengah. Dan menjawab “Gak mau di tanya-tanya”. Lebih baik biarkan dia mengganti bajunya terlebih dahulu, tawarkan cemilan atau minuman segar. Lalu ketika dia terlihat sudah lebih fit, mom bisa bertanya berdasarkan informasi yang relevan. Misalnya informasi di buku komunikasi sekolah-ortu atau berdasarkan jadwal mata pelajaran yang mom ketahui dia pelajari anak hari itu. Berikan privasi bagi anak dan ruang untuk dia bergerak, sehingga ketika dia merasa butuh untuk ngobrol dia akan bercerita selayaknya bercerita kepada teman. Atau ciptakan momen yang menyenangkan, seperti hangout bareng di sebuah kedai kopi. Anak juga senang loh nongkrong bareng mom.
10. Bangkitkan rasa ingin tahu anak dan sifat detektifnya.
Ketika rasa ingin tahu anak timbul, dia akan bertanya kepada mom. Namun dari pada langsung memberikan jawabannya, ajak dia mencari jawaban tersebut bersama. Misalnya dengan browsing di internet, membaca buku, melakukan eksperimen atau dengan mengajukan pertanyaan yang mengarah kepada jawaban. Sehingga anak akan mengerti konsep sebuah “proses“ dalam mencari jawaban akan pertanyaan.