Kata empati awal mula muncul pad tahun 1880-an ketika Theodore Lipps (seorang psikolog Jerman) menciptakan istilah ‘einfuhlung’ untuk menggambarkan apresiasi emosional terhadap perasaan orang lain. Empati membentuk rasa pemahaman yang lebih dalam terhadap orang lain.
Featured Story
Mengutip perkataan Dr. Stephen Covey, penulis buku “The Seven Habits of Highly Effective People” : Seek first to understand, and then to be understood.
Begitu juga ketika Mom ingin mengajarkan anak untuk berempati, sebaiknya Mom mencoba mengajarkan anak dengan mengerti keadaan anak dahulu baru meminta anak untuk mengerti perasaan teman atau saudaranya karena orangtua adalah panutan nomor 1 bagi anak-anak.
Pada dasarnya pola pengasuhan anak dikelompokkan menjadi 3 :
1. Permisif
Dimana Mom dan Dad mempunyai aturan yang sangat longgar. Membiarkan anak tanpa pengawasan ketat. Orangtua cenderung tidak menegur atau memperingatkan apabila anak berada dalam situasi salah. Dan sangat sedikit memberikan bimbingan. Sisi baiknya orangtua mendorong anak untuk berpikir kreatif, berekspresimen, bebas, lepas sehingga pola asuh ini tidak cocok untuk anak bersifat pemberontak atau agresif.
2. Otoriter
Bagi orangtua yang menganut system structural, menuntut disiplin pada anak serta tidak memperbolehkan anak untuk berpendapat, ini adalah gaya asuh otoriter. Gaya asuh ini cocok untuk anak yang perlu ditindak tegas dan bisa menerima tekanan. Namun bagi anak yang memiliki masalah perilaku tidak dianjurkan.
3. Autoritatif
Pola asuh Autoritatif diambil sebagai jalan tengah antara permisif dan otoriter, dimana pola asuh ini mengedepankan kepentingan anak namun orangtua juga mempunyai kuasa untuk mengendalikan anak. Membiarkan anak mandiri dalam mengambil keputusan sendiri adalah salah satu contohnya dan orangtua sangat responsive terhadap kebutuhan anak. Mendengarkan curahan hati anak, mengecek kebiasan anak, melatih disiplin untuk bertujuan memperbaiki perilaku anak. Gaya asuh ini cocok untuk anak yang tidak pemalu dan agresif.
Ketika menghubungkan ketiga pola asuh ini terhadap empati, maka pola asuh Autoritatif yang membuat tingkat empati yang tinggi pada anak. Karena empati adalah bagian dari perwujudan kasih sayang, dimana anak akan memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada orang lain ketika dia mendapat kedua hal tersebut secara cukup dari orangtuanya. Salah satu contoh ketika anak mempunyai rasa empati yang minim adalah ketika anak menyamaratakan sikapnya kepada semua orang dan dia tidak mengerti bagaimana bersikap yang baik ketika berada di luar lingkungan rumah serta sekolah. Ketika anak berinteraksi dengan masyarakat luas dan bagaimana dia bersikap terhadap penderitaan orang lain.